Upaya perbaikan dan pemutakhiran sistem transportasi massal di ibu kota terus digenjot, dengan fokus utama pada Progres Pembangunan jalur Moda Raya Terpadu (MRT) fase baru. Proyek ini sangat krusial untuk mengatasi kemacetan kronis dan mewujudkan kota metropolitan yang berkelanjutan. Berdasarkan laporan terkini dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) per 30 September 2025, Progres Pembangunan MRT Fase IIA, yang membentang dari Bundaran HI hingga Kota Tua, telah mencapai angka 75%. Capaian ini melampaui target awal sebesar 70%, sebuah indikasi komitmen serius pemerintah dan kontraktor pelaksana, PT. MRT Jaya. Namun, selain kecepatan konstruksi, tantangan terbesar terletak pada aspek integrasi antarmoda yang kompleks.

Integrasi tidak hanya berarti menyambungkan stasiun dengan halte TransJakarta atau stasiun KRL Commuter Line, tetapi juga mencakup integrasi sistem tiket, jadwal, dan kenyamanan pejalan kaki. Pengamat tata kota dari Universitas X, Dr. Ir. Aditya Nugraha, M.T., menekankan bahwa kegagalan integrasi dapat menyebabkan penumpukan penumpang di titik transit, seperti yang pernah terjadi di Stasiun Dukuh Atas pada awal pengoperasian fase pertama. Oleh karena itu, Progres Pembangunan di stasiun-stasiun vital, seperti Stasiun Thamrin dan Stasiun Harmoni, kini difokuskan pada penyediaan akses bawah tanah yang mulus dan penataan ulang jalur pejalan kaki serta fasilitas park and ride.

Tantangan lainnya adalah pembebasan lahan dan dampak sosial. Progres Pembangunan di area Kota Tua menghadapi kesulitan signifikan terkait preservasi cagar budaya. Kepolisian Sektor Khusus Proyek Infrastruktur, yang bertugas mengamankan lokasi, mencatat sempat terjadi penundaan selama 45 hari pada awal tahun 2025 karena negosiasi ulang dengan pemilik bangunan bersejarah. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan koordinasi yang lebih erat antara tim teknis lapangan dan Balai Konservasi Cagar Budaya. Solusi yang disepakati akhirnya adalah dengan menggunakan teknik konstruksi cut and cover yang sangat hati-hati di kedalaman tertentu untuk meminimalkan getaran.

Secara ekonomi, keberhasilan Progres Pembangunan ini memiliki implikasi besar terhadap kemandirian finansial kota dan masyarakat. Dengan adanya MRT, efisiensi waktu tempuh harian warga dapat ditingkatkan, mengurangi biaya logistik dan biaya bahan bakar yang pada akhirnya berdampak positif pada kemandirian finansial setiap individu. Oleh karena itu, investasi pada Progres Pembangunan transportasi massal harus dilihat sebagai investasi sosial jangka panjang. Pada akhirnya, kecepatan Progres Pembangunan harus diseimbangkan dengan kualitas integrasi sistem agar MRT baru benar-benar berfungsi sebagai tulang punggung transportasi yang efisien, transparan, dan dapat diandalkan oleh seluruh warga.