Kekerasan remaja di ruang publik semakin meresahkan. Fenomena mengeroyok supir atau kondektur bus karena tidak diberi tumpangan menunjukkan betapa rapuhnya nilai-nilai sosial di kalangan mereka. Tindakan anarkis ini bukan lagi sekadar kenakalan. Ini adalah manifestasi dari kurangnya empati dan rasa tanggung jawab. Mereka merasa berhak mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara paksa.

Penyebabnya sangat kompleks. Banyak remaja merasa putus asa dan tidak memiliki harapan. Mereka mungkin berasal dari keluarga yang tidak utuh atau mengalami kesulitan ekonomi. Ketidakmampuan untuk membayar ongkos menjadi alasan utama, yang kemudian memicu frustrasi. Tindakan mengeroyok supir menjadi pelampiasan dari kemarahan yang terpendam.

Akses ke kelompok pergaulan yang salah juga memperburuk situasi. Remaja yang bergabung dengan geng atau kelompok-kelompok jalanan sering didorong untuk melakukan tindakan kekerasan. Tekanan dari teman sebaya membuat mereka nekat. Aksi mengeroyok supir menjadi cara untuk membuktikan diri di hadapan kelompoknya, mencari pengakuan yang salah.

Dampak dari tindakan ini sangat serius. Selain menimbulkan luka fisik pada korban, kekerasan ini juga menciptakan ketakutan di masyarakat. Sopir dan kondektur merasa tidak aman saat bekerja, mengancam kelancaran transportasi publik. Peristiwa mengeroyok supir merusak ketertiban umum dan citra kota.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang holistik. Pemerintah, sekolah, dan keluarga harus bersinergi. Program-program pendidikan karakter harus ditingkatkan, mengajarkan empati dan menghargai orang lain sejak dini. Remaja perlu diajari cara menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.

Pemerintah juga harus menyediakan lebih banyak program sosial yang menyasar remaja rentan. Pemberian pelatihan keterampilan atau kesempatan kerja paruh waktu bisa membantu mereka. Ini akan memberikan mereka harapan dan jalan keluar dari kesulitan, sehingga tidak perlu memilih jalan kriminal.

Penegak hukum harus bertindak tegas. Pelaku yang terbukti bersalah harus dihukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sanksi yang tegas akan memberikan efek jera dan menunjukkan bahwa negara tidak akan mentolerir kekerasan.

Selain itu, rehabilitasi juga penting. Pelaku harus dibina dan diberikan bimbingan konseling. Mereka perlu dibantu untuk memahami dampak dari perbuatan mereka dan diberikan kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar.